KAB BEKASI - Sejumlah perajin asesoris meminta Dinas UKM Kabupaten Bekasi untuk menangani permodalan bagi pengusaha kecil. Sebab, harga bahan baku seperti timah terus mengalami kenaikan di pasar nasional. Akibatnya, permintaan kerajinan itu dari pasar dalam negeri tergolong sepi.
Suherman, perajin bros, kewang dan cincin di Kampung Serang, Desa Taman Rahayu, Kecamatan Setu, menuturkan semenjak bahan baku timah di pasar dalam negeri nilainya mencapai Rp180 ribu perkg, usahanya kini mengalami pasang surut, Akibat kenaikan itu, permintaan kerajinan di beberapa wilayah sepi. "Saya berharap kepada dinas terkait dapat membantu guna menopang kembali usaha kecil ini," ujarnya.
Dia mengatakan, sebelum kenaikan harga timah melonjak, permintaan akan barang tersebut di pasaran tergolong ramai. Sebab, harga timah masih berkisar Rp60 perkg. "Normalnya, setiap pesanan dari beberapa pelanggan di produksi sebanyak 200 gros asesoris per dua minggu. Pergros berisi 114 biji dan di hargakan senilai Rp250 ribu. Saat ini saya produksi tidak menentu dalam sebulan hanya 50 gros," kata mantan pekerja pabrik furnitur tersebut.
Dia mengatakan, semenjak krisis sampai sekarang yang diikuti dengan harga bahan baku yang terus melambung, permintaan semakin menurun. Saking sepinya, beberapa perajin asesoris sudah ada yang tidak lagi membuat bros, kewang maupun cincin. "Dahulu sekitar 70 persen warga Kampung Serang adalan perajin asesoris, hanya saya yang bertahan," diceritakannya.
Dalam kondisi permintaan barang yang sepi, kata Suherman, dirinya bersama keluarga tetap memproduksi sebagai stok barang untuk permintaan pelanggan. "Untuk mensiasati bahan baku timah itu, saya membeli dari lapak seorang madura berupa barang bekas travo maupun piranti komputer yang mengandung timah," jelasnya mengatakan.
Sejauh ini dirinya belum juga mendapat perhatian permodalan, hanya saja sesekali mendapatkan subsidi barang berupa timah dari pemerintahan desa yang disalurkan melalui Dinas UKM. Bahkan, usaha pinjaman KUR dari Bank BRI tidak terealisasi karena banyak prosedur yang harus dilengkapi. "Saya hanya pinjam modal tersebut dari Bank Swasta (Bank keliling-Red)," keluhnya.
Selain permodalan, sambung dia, barang produksi juga semakin tergilas oleh masuknya barang impor dari Cina yang notabene menjual dengan harga yang murah."Padahal, produk lokalan ini cukup terbilng bagus apalagi dalam segi pemasaran yang sudh tersebar di beberapa wilayah seperti Jakarta dan Jawa
Timur," jelasnya.
Terpisah, Kabag UKMK Disperindagkop Kabupaten Bekasi, Muhajirin mengatakan akan tetap mengakomodir sejumlah sektor industri kecil yang bergerak di bidang kerajinan. Namun pihaknya akan mendata terlebih dahulu para pengusaha kecil tersebut. "Bila beberapa pengusaha kecil itu belum terdaftar secara resmi, kami akan memfasilitasi melalui program Coorporate Social Responsibility (CSR) yang disalurkan oleh perusahaan swasta maupun BUMD," ujarnya.
Dia mengatakan meski baru terdata secara resmi 350 UKM dari 200 ribu pelaku usaha di wilayah Kabupaten Bekasi, pihaknya tetap akan melakukan pembinaan seperti penyuluhan ke desa-desa maupun akan diikutsertakan dalam pameran hasil karya lokalan. "Selain koperasi yang akan memberikan pinjaman tersebut, kami akan menyalurkan para pengusaha kecil melalui pemasaranya di ajang pameran baik di Bekasi hingga Jakarta," demikian Muhajirin. (dharma)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan masukan Komentar anda. Terima Kasih.
Redaksi Info Indonesia